Wednesday 16 May 2018

Yesterday I was clever, I wanted to change the world. Today, I am wise, so I am changing myself (Rumi)


“Manusia adalah magnet, setiap detail peristiwa yang dialaminya datang atas daya-tarik (undangannya) sendiri” (Elizabeth Towne, 1906).

Hollaaa gengs! Been a while. 
Kali ini, izinkanlah aku cerita soal kegiatan ruanganku (kepegawaian) kemarin, namanya "Pendidikan Holistic Character bagi Pegawai Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kemendagri".
Tergerak dari rasa miris melihat keadaan kantor, dimana kebanyakan (aku ga bilang semua) kegiatan itu cuma sekedar berjalan dengan output administratif tanpa outcome atau impact atau nilai yang melekat di pribadi peserta-pesertanya, pelan-pelan aku mulai nyisipin rancangan program/kegiatan-kegiatan yang kira-kira bisa sedikit berguna untuk orang banyak. Tahun lalu ada public speaking, tahun ini ada holistic character ini (yang rencananya mau dbikin in line sama capacity building), ada conflict management skill, dan nanti ada pelatihan B.Inggris plus test TOEFL nya skalian. Pokoknya dengan anggaran kepegawaian yang sedikit sekali, aku usahakan nyelip-nyelipin kegiatan yang bermakna terutama untuk pegawai di kantor. Nah, sempat lemas tuh ketika rancangannya ga di approve pimpinan dengan alasan yang “gak banget”, tapi aku yakinkan pimpinan supaya yakinin lagi pimpinan yang lebih tinggi (iye ribet, welcome to bureaucracy). Akhirnya jadi nih di oke in! Yasss!

Pada saat mau pelaksanaan, lagi-lagi kecewa karena Sub Bagian Kepegawaian itu bener-bener disepelein dan di”remehin” banget di (kebanyakan) organisasi pemerintahan. Mereka tau nya bahwa “kepegawaian kan ga harus mikir. Gada kerjaan. Paling cm urus absen, kenaikan pangkat, pensiun dsb dsb administrasi kepegawaian”. Pimpinan pun tidak merasa bahwa kegiatan-kegiatan kami itu crucial, yaudah berjalan asal jadi aja yang penting penyerapan anggaran huff, jadi dengan ringannya memutuskan jdwal penyelenggaraan kami BERBARENGAN dengan Rakor Nasional kepala desa+kepala dinas+pendamping desa 7000 orang yg dihadiri Presiden dan bikin seisi kantor rempong dan tepar karena ga tidur 2 hari. Aku sendiri juga harus lompat dari Rakornas di JI Expo ke Bogor demi acara ini. Alhasil, sedikitlah peserta yg hadir. Hanya setengah dari yang dialokasikan. Kecewa? Pasti. Tapi yaudah, tetap berusaha optimis acara ini bisa berjalan baik karena aku pribadi juga excited untuk belajar.

Di acara ini, kami bekerjasama dengan Biro Psikologi Psikodinamika dengan psikolog handal nya: mba Poppy Amalya. Kenapa harus mba Poppy? Gatau. Aku punya feeling baik aja ketika pertama kali meeting dan bertemu dengan mba Poppy. Langsung klik! Hihi.. Mba Poppy sendiri adalah seorang Psikolog sekaligus Master of Micro Expression, Motivator, Hypnotherapist, Praktisi NLP dan masih banyak keahlian  dan jam terbang yang udah ga perlu diragukan lagi. .. (please check her acc: @poppysangmotivator). Mba nya juga suka nongol di tipi, di acara On The Spot Reveal di Trans 7, Oh Mama Oh Papa, dan banyak lagi.. :))

Mba Poppy yang ga pernah ngeluh diajak selfie :)

Awalnya, sempat malu sama mba Poppy dan teman-teman dari Psikodinamika karena peserta dikit banget dan lelet / tidak disiplin waktu. Tapi yaudah, biar mereka tau gambaran pegawai kita gimana haha. Hebatnya, mba Poppy dan teman-teman Psikodinamika tidak ada mengeluh, malah aku yang jadi ga enak sendiri. Sampai saat di awal materi mba Poppy bilang “sayang sekali banyak yang tidak hadir, tapi jangan khawatir, anda perlu tau bahwa anda ini lah orang-orang terpilih yang pantas mendengarkan pelajaran hari ini, kalau memang ga disini tempatnya dan belum waktunya, pasti adaaaaa aja yang mencegah dia datang” (begitulah kira2 kalimatnya). Disitu aku langsung refleksi “bener jg ya, gada yg kebetulan kok, kami semua yg sedikit orang ini adalah pribadi2 yang mmg dipilih Tuhan untuk ‘lebih dipersiapkan’, dan seketika hilang langsung rasa kecewaku:)

Acaranya full dari pagi sampai jam 9.30 malam. Mulai dari materi/edukasi, ke treatment/terapi, dan installment. Seru abesss! Gada tu rasa capek ngantuk lagi, kita bener2 fokes “hadir” di acara tsb (beda kalo ikut rapat yang gitugituaja, bisa tu aku pake korek api demi nopang mata hahaha..). Nah, aku rasa aku perlu share juga inti2 dari pelajaran kemarin. Lagi dan lagi aku perlu tekankan, semua yang aku tulis belum tentu benar. Aku sendiri juga masih dalam proses belajar, jatuh, bangkit, belajar lagi dalam hidup. Silahkan ambil yang kamu perlu dan rasa berguna, silahkan kasi masukan dan kritik yang konstruktif, dan silahkan abaikan kalau belum “cocok” untuk kamu. Okaaaayyyy…

Nah, jadii, inti kegiatan ini sebenarnya bermaksud untuk memberikan edukasi dan pelatihan kepada peserta tentang bagaimana mengenal diri sendiri, karakter dan kepribadian secara utuh (holistik), sehingga bisa mengaplikasikan diri yang terbaik ketika bekerja di kantor. Ada banyak sekali pelajaran yang mba Poppy sampaikan kemarin, tapi ada beberapa hal yang menjadi highlights bagiku. There you go….
  • Kunci sukses = BAHAGIA. Kita bahagia bukan karena sukses. Kita sukses KARENA bahagia.
  • Defenisikan bahagia secara sederhana, simple dan hal-hal kecil. Contohnya: bahagia = memberi. Jadikan memberi itu kebiasaan. Jadi setiap kali kita memberi, kita merasakan kebahagiaan.
  • Kebahagiaan itu bukan tujuan, tapi KEBIASAAN.
  • Merubah 1 kebiasaan butuh rata-rata 91 hari (sudah diuji klinis). Tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Start from now!
  • Partikel terkecil dari manusia itu adalah energi, begitu pula partikel terkecil dari benda. Kalau mau energinya ke-attract (the law of attraction) ya harus mengusahakan energi yang selaras.. contohnya, kalau mau uang mendekat, memang harus suka uang, karena ada contoh nyata pebisnis yang selalu gagal, ternyata dia memiliki ketakutan/trauma akan uang, yang merupakan produk dari masa kecil dan lingkungan keluarga (ditanamkan bahwa uang itu jahat, percaya bahwa uang bisa memecahbelah keluarga dsb).
  • Doa itu BUKAN yang sekedar kamu ucapkan, tapi yang kamu pikirkan&rasakan. DOA = PERASAAN + PIKIRAN. Pikiran dan perasaan adalah vibrasi yang paling kuat di alam semesta. Doa yang dikabulkan adalah yang ada di pikiran bawah sadar. Maka itu, imanilah doamu seturut kehendak Allah. Re-edukasi pikiran bawah sadar, agar selaras dengan pikiran sadar.
  • Perception is your projection. Yang kamu persepsikan , ya itulah gambaran dirimu sendiri.
  • Pikiran itu adanya di otak. Perasaan itu adanya di jantung (heart, bahasa Arabnya ‘Qalb’ atau Kalbu), bukan di hati. Kedua hal tersebut memiliki data yang berbeda. Karena itu, isilah kalbumu dengan hal-hal positif, bersihkan dan buanglah segala kenegatifan. Kalau hal-hal negatif menumpuk = sakit jantung.
  • Percaya atau tidak, semua penyakit itu berasal dari perasaan yang ditumpuk dan mengendap. Marah = sakit jantung. Sedih = penyakit imunitas (lupus, HIV, flu dan batuk berkepanjangan). Rasa bersalah = tumor, wasir, dsb. Kecemasan/ketakutan = penyakit kulit, gatal-gatal, dsb. And so on, and so on.
  • Semua hal di dunia ini tanpa kita sadari adalah terkoneksi satu sama lain, merupakan sebuah pengulangan dan memiliki pola. Perilaku yang diulang => Kepribadian. Kepribadian yang diulang => Karakter.  Karakter yang diulang => Nasib! Takdir itu milik Tuhan, tapi manusia diberi akal pikiran untuk mengusahakan nasibnya sendiri. Karena itu, berlaku pengulangan terbalik. Mau ubah nasib? Ubah karakter. Mau ubah karakter? Ubah kepribadian. Mau ubah kepribadian? Ubah perilaku!
  • Hidup itu menular. Mau sehat? Bertemanlah dengan orang-orang sehat. Mau sukses? Berteman dengan orang-orang sukses. Sebisa mungkin hindarilah ‘toxic people’ dalam hidup anda, dan doakanlah. (1 Korintus 15:33 “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk, merusakkan kebiasaan yang baik.”).
  • Anda sendiri yang menciptakan kenyataan hidup anda sendiri

Mba Poppy in action :))

Di akhir sesi, kami diberi PR untuk dapat mengaplikasikan semua yang sudah kami pelajari di hari itu.  Tapi yang terpenting, sebelumnya kami diharuskan untuk memaafkan. Memaafkan masa lalu, memaafkan orang lain, memaafkan peristiwa yang terjadi. Memaafkan diri sendiri. Setelah berhasil memaafkan dan menerima diri sendiri, lalu kami sudah siap untuk diberi tugas.
Kami diinstruksikan menuliskan mimpi terbesar yang ingin kami wujudkan dalam jangka waktu 1 bulan ke depan. Dan selama 1 bulan ke depan kami harus ber’ikhtiar’, dengan cara:
  • Imajinasikan mimpi/keinginan kita (iya, khayalin aja), lalu digambar dan ditempel di tempat yang bisa selalu kita lihat terutama ketika mau tidur dan bangun tidur.
  • Masukkan data ‘mimpi’ tersebut ke dalam ‘critical area’, yaitu saat ‘titik ikhlas’ kita, yang mana adalah saat kita sudah bisa tidur (saat ngantuk-ngantuknya tuh) dengan cara BERDOA;
  • Kembali terbangun di 2/3 malam anda, sekitar jam 3-4 subuh, untuk mencoba mengimajinasikan hal tersebut dan berdoa lagi (boleh sambil pipis haha);
  • DILARANG ngomongin orang;
  • Selalu berkata-kata yang positif (stop dengerin lagu/gambar/video/film yang tidak mengedukasi dan berisi banyak kenegatifan). Selalu memakai kalimat positif (tidak pakai kata “jangan” atau “tapi”). Contoh: aku mau olahraga pagi tapi takut ga kebangun DIGANTI  menjadi aku mau olahraga pagi DAN bangun subuh!


Setelah mengetahui PR yang harus kami lakukan, I felt like “geellaaaa sulit amat yak” (disini aja uda ga bener mindsetku haha), tapi balik lagi mba Poppy kasih trigger kisah-kisah sukses orang-orang yang sudah mengaplikasikan hal tersebut dan berhasil. Sebagai contoh ada orang yang keinginannya membelikan orangtuanya rumah padahal cuma seorang PNS dengan tabungan yang ga cukup, lalu dia berikhtiar selama 1 bulan dan voilaaa orangtuanya udah dikasi rumah, dia beli rumah juga dan baru beli mobil fortuner! Wagelaseh!! Kalau dia bisa kenapa kita engga?
Pas pula sekarang memasuki bulan ramadhan kan, jadi moment yang sangat tepat untuk membersihkan diri, fokus doa dan ibadah. Switch off tombol-tombol nafsu duniawi yang ga perlu dan negatif.
Hal ini juga bisa kita relasikan dengan kejadian duka di Indonesia akibat terorisme. menurutku,  salah satu hal yang saat ini bisa kita lakukan adalah mulai dari diri sendiri. Maafkan. Doakan para korban, doakan juga semua orang yang terlibat. Lalu doakan diri kita sendiri. Mulailah bangun hal positif dari diri kita sendiri, agar menular kepada orang-orang sekitar kita. Tidak sekedar mengutuk, mengeluarkan kata-kata caci maki, menyebar segala foto dan video, atau berkata-kata panjang dalam social media.
Jadilah agen-agen perubahan dimanapun kita berada, apapun bidang kita. Tidak ada peran yang lebih kecil dari peran lain, kita semua berguna asalkan kita bisa berfungsi maksimal sebagai manusia. Kalau ada belief system atau paham-paham yang mengajarkan kebencian dan kenegatifan  kepada sesama, sudah pasti itu tidak benar! Re-edukasi mental kita, ubah belief system kita. We believe, we see. Apa yang kamu yakini, itu yang akan terjadi. Makanya start dari meyakini hal-hal positif ajalah biar yang terjadi yang indah-indah semua.. Pasangan ngeselin, orangtua cerewet, bos bikin emosi, gapapa, yang harus diubah bukan mereka dulu, tapi kita sendiri dulu. Yakini aja pasangan baik banget, orangtua penuh kasih, bos keren banget, dsb dst dst. Lama-lama juga bakal terjadi seperti yang kita percayai kok. Tapi ingat, kitanya harus konsisten dan berikhtiar. Di saat kita sudah terima keadaan, memaafkan, menciptakan belief system positif akan hal itu, disitulah perubahan terjadi. Siapa bilang mudah, tapi pasti bisa. Udah banyak contoh kok, coba deh telaah sekitar dan renungkan lagi yang sudah terjadi di diri kita J Tanpa sadar, kejadian sekarang itu adalah buah dari doa dan tindakan kita sendiri yang kita 'tabung' di masa lalu. Apa yang kamu tanam, itu yang kamu tuai. Jadi sekarang, sama-sama berusaha lagi yuk.
It’s hard, I know, but it’s challenging. Aku pribadi ingin menchallenge diri aku untuk ini. Dengan kuasa Tuhan, aku yakin aku bisa! Yok bareng-bareng cobain yok.. If we want to make our world a better place, we need to be a better person.  Pada akhirnya ini semua adalah ibadah. Perilaku, kerja, semuanya ibadah. Jadi lakukanlah semuanya bukan untuk pertanggungjawaban kepada manusia, tapi kepada Tuhan. (Matius 6:33 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya maka smuanya itu akan ditambahkan kepadamu”).

Akhir kata, terima kasih kepada mba Poppy dan tim Psikodinamika yang udah memberikan banyak sekali pelajaran dan 'reminder' buat kita. Semoga mba Poppy dan tim sehat, terus berkarya, dan dapat selalu menjadi berkat bagi sesama. Amin.

Anyway, selamat memasuki Bulan Ramadhan ya teman-teman. Semoga ibadah puasanya lancar dan berkah yaa.. Mohon maaf lahir dan batin :)


"Sebab, untuk orang-orang yang berpikiran akhirat, dunia di tangan anda!" (Poppy Amalya, 2018)

Thursday 23 March 2017

Gelap&Terang

“Saya matiin lampunya ya”
“Kenapa sih suka banget idupin lampu”
“Duh terang banget deh”
“Jangan lupa nanti matiin lampu”

Kira-kira begitulah segelintir omelan saya mengenai hidup matinya lampu di ruangan saya. Dan kerapkali saya dengan semena-menanya mematikan lampu ruangan orang lain atau toilet umum jika masih siang dan terang alami. Bukannya saya tidak suka penerangan, dan tidak bersyukur atas penemuan Thomas Alfa Edison yang membantu kehidupan berjuta hidup manusia di muka bumi. Bukan itu. Namun saya rasa ada filosofi yang tersembunyi di dalamnya.

Pertama, dari sisi idealisme saya, saya ingin turut serta dalam penghematan energi listrik yang akan berkontribusi pada gerakan anti global warming. Saya rasa hal ini tidak usah saya perdalam kali ini.

Kedua, saya tidak suka cahaya menyilaukan berasal dari luar (eksternal) diri saya. Cie. Haha.. Kita dituntut untuk menjadi anak-anak terang di dunia, karenanya saya lebih fokus untuk mengeluarkan terang saya dibanding terang dari luar, meskipun hal ini tidak dapat kita sandingkan apple to apple, but still, ini believe system yang saya pakai sendiri untuk tetap memotivasi diri saya sendiri agar tetap “bercahaya” dimanapun saya berada (tsaaahh ;p)

Ketiga, saya rasa kita tidak dapat menghargai keberadaan terang itu sendiri jika kita tidak merasakan gelap. By being in the dark, we value light so much. Bayangkan jika kita berada di ruangan terang benderang terus menerus, maka keberadaan cahaya matahari, lampu atau lilin tidaklah menjadi hal yang istimewa bukan? Namun apabila kita berada dalam ruangan yang gelap, atau berada di situasi malam yang gelap gulita, bukankah kita sangat mensyukuri adanya cahaya yang dapat membantu daya visibilitas kita terhadap sekitar? Yang hendak saya analogikan disini adalah, kita akan sangat dituntut untuk tetap bersyukur apabila kita berada pada masa-masa kelam dan gelap. Seringnya pasti kita lupa untuk mensyukuri hal-hal bercahaya di hidup kita apabila kita terus menerus berada dalam keadaan senang atau terang benderang. Karenanya, gelap itu penting. Sama pentingnya dengan terang. Masa suram, pencobaan, sedih, pilu, sakit, luka, duka, kelam, dan hal-hal ‘gelap’ lainnya sudah sepatutnya tetap kita reaksikan dengan pujian syukur, karena hal-hal tersebutlah yang membuat kita berhenti sejenak, merenung, ingat untuk berdoa, berserah, bersyukur dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Terlebih lagi, kita baru dapat merasakan sesuatu secara mendalam ketika kita menutup mata dan melihat gelap bukan? Ketika mencoba mengingat/merecall suatu memori, berpelukan, berciuman, menangis, menghirup nafas dalam-dalam, senyum mendalam, tertawa terbahak-bahak, meditasi dan segala hal mendalam lainnya dapat kita rasakan lebih dalam ketika kita menutup mata dan tidak melihat apapun. Karena saat itulah soul kita mengambil peran, dan segala indera kita bekerja dengan lebih peka, sehingga kita dapat lebih merasakan "rasa" nya :') 
Menilik analogi lainnya (berhubung ini tepat setahun saya menyaksikan keajaiban si Cahaya Utara hihi), Aurora Borealis (The Northern Lights) yang begitu magis saja tidak bisa kita lihat kalau kita tidak berada di tempat gelap loh, hahaha. Mana bisa kita lihat keindahan nya si Aurora kalau kita maunya berada di gemerlap kota yang terang benderang. Kita harus pergi ke sudut-sudut kota/desa, ke danau, atau ke ujung-ujung kawasan yang sangat minim penerangan (and cold AF, to make it worse LOL) supaya bisa melihat Aurora dengan jelas. Dan begitu kita mendapatkan kawasan sunyi sepi gelap dan mencekam (ini agak lebay sih haha), maka dapat saya pastikan kita bisa ternganga bahkan menangis dan tak berhenti bersyukur melihat karya Tuhan yang begitu menakjubkan tersebut. 

Jadi, jangan takut, jangan khawatir, jangan frustasi dan hilang pengharapan apabila kita sedang berada dalam masa gelap. Bersyukurlah! 

"Sebab dengan gelap, kita dapat melihat cahaya yang sesungguhnya" (Hutabarat, 2017 :p)

Jakarta, 24 March 2017
XX,
-Seviria Panjaitan-



Tuesday 7 February 2017

Yuk Naik Kelas!

“Nothing ever goes away until it teaches us what we need to know” (Pema 
Chodron)

Kehidupan ini layaknya sekolah. Kita belajar, kita ujian, kita naik kelas, kita lulus. Seringnya, kita berada pada kondisi yang sama atau mirip, pada masalah yang itu-itu saja, namun tetap mempertanyakan, “kenapa, Tuhan?”. Padahal kalau mau ditarik ke analogi sekolah tadi, itu sama saja seperti mempertanyakan “kenapa gw gak lulus, Pak Guru?” di saat kita memang tidak pernah mencoba belajar dan memahami.

Apa sih sebenarnya tujuan kita belajar? Agar memahami dan bisa mengaplikasikan pemahaman tersebut bukan? Dan pada akhirnya nanti, salah satu tujuan kita adalah agar dapat berguna bagi sesama, bukan? Nah kembali lagi ke awal, agar bisa berguna bagi sesama tentunya kita harus ‘mengisi’ diri kita sendiri dulu. You can’t pour from an empty cup, take care of yourself first! Bukan dengan pemahaman-pemahaman yang orang lain tanamkan, namun dengan pemahaman yang memang hati kita setujui. Terus belajar, pahami pelajarannya, kembangkan analisa masalahnya dan bertumbuhlah dalam cara kita merespon berbagai hal dalam hidup. Apa yang kita tabur, itu yang kita tuai. Apabila kita salah dalam menyelesaikan soalan matematika, coba review kembali apakah rumus yang kita pakai kurang pas, apakah kita mendapat nilai yang jelek karena kita mengerjakannya secara ‘ngasal’. Apabila kita mendapatkan hal yang tidak menyenangkan dalam hidup, coba di-review kembali, apa kira-kira yang sudah kita lakukan sebelumnya, mungkin attitude kita memang masih 'ngasal'. Sampai pada tahap kita paham dan merubah ‘rumus’ sikap kita di kemudian hari, jangan heran ketika kita akan dihadapkan pada soalan yang sama. Namun, ketika kita nanti sudah firm, jangan pernah takut juga, ada Dia yang selalu kasih reward yang beyond measure atas segala pencapaian kita. Sebab ingatlah, hakim yang sejati sedang duduk memperhatikan kita dari atas. Yang menilai bukan manusia, tapi Dia.

Kalau kita pun lantas merasa sudah belajar, sudah memahami, tapi masih juga diberikan ujian yang sukar, berarti Dia sedang menempatkan kita dalam kelas yang advance. Ketika teman-teman seusia kita hanya mendapatkan 1 ujian, namun kita mendapatkan 3 ujian dalam satu waktu, ya berarti kita sedang berada dalam kelas akselerasi. Kita tidak sama dengan yang lain. You have a higher calling! Daripada nelangsa akan ujian bertubi-tubi, mungkin lebih baik kita mengucap syukur bahwa Tuhan mempercayakan kemampuan kita untuk ditempah dalam berbagai macam ujian dalam satu waktu :)

Kemudian, layaknya berbagai bidang ilmu dan mata pelajaran, orang-orang yang kita temui dalam hidup juga memberikan pelajaran yang berbeda menurut perannya masing-masing. Ada yang hanya ingin tahu saja, ada yang benar-benar peduli, ada yang akan mengajarimu banyak hal baru, ada yang hanya akan mengujimu, ada yang hadir untuk memanfaatkanmu, namun selalu ada yang mencintaimu dengan tulus. Dan seperti kita memilih mata pelajaran yang kita senangi untuk menjadi fokus kita, begitupun kita ‘memilih’ orang-orang yang sebaiknya kita pelihara dalam cerita hidup kita. Karena ketika kita memilih mata pelajaran yang benar-benar kita senangi, kita akan merasa lebih ringan plus excited ketika mendalaminya dan mengerjakan bentuk nyatanya, kita bisa maksimal dalam berkarya untuk sesama. Mempunyai orang-orang yang bisa membuat kita menjadi yang terbaik dari diri kita adalah hal yang jarang dan sangat berharga, maka, peliharalah. Untuk yang memilih berlalu, biarlah berlalu. Seperti ujian lalu dimana kamu lulus, ya berarti tugasnya dalam memberikan pelajaran dan ‘memperkayamu’ sudah selesai. Mengucap syukurlah akan hal itu. Some people leave to make you stronger, while other times they leave to help you fall in love with yourself (R.M.Drake).

Lagi-lagi saya akui, saya menulis semua hal ini bukan karena saya adalah orang yang hebat dan paling tahu segalanya, bukan. Saya pun mungkin belum tampak sebagai orang yang ‘pantas’ berkata-kata seperti ini. Namun, tidak ada salahnya berbagi bukan? Saya hanya ingin menyebarkan pemahaman yang baik, agar kita tumbuh bersama-sama dalam proses pembelajaran kita. Grow through what you go through! Dalam kelas, mungkin kita bisa belajar bersama dalam pemahaman bersama yang dialirkan oleh Bapak/Ibu guru, begitupun dalam hidup kita belajar bersama-sama individu lain, namun pada akhirnya kita yang dilahirkan sebagai individu di dunia ini akan pergi meninggalkan dunia ini pun sebagai individu. Pertanggung jawaban kita pada akhirnya adalah pertanggung jawaban secara individu kepada Dia. Mari mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya, karena ujian bisa datang kapan saja, toh di kelas aja sering ada quiz mendadak kan?! ;p


01.48 a.m, 08 February 2017
XX,
Seviria Panjaitan






Saturday 28 January 2017

Catatan 26 Januari 2017

Aku Satu hal yang saya pahami (kembali). Indah pada waktuNya. Waktu"NYA" bukan waktu kita. Nikmati setiap proses. Syukuri setiap moment. Semakin besar badai, semakin tajam kerikil, semakin perih luka, trust me, it  eventually is all gonna be worth it! Even way brighter than we've ever imagined! 
Kita ga akan pernah membayangkan seperti apa rancangan indah yang sudah Tuhan persiapkan. Just be ready! Siapin diri dengan segala hal positif. I ain't saying I'm totally positively perfect, tidak! Saya belajar, dan mau belajar. Tapi satu hal yang saya tahu pasti kini, segala kebutuhan dan permohonan kamu akan dikabulkan, ketika memang kamu sendiri sudah siap. Siap dalam artian, sudah benar-benar menyerahkan diri kepada Tuhan untuk bekerja dalam hidup kita dengan cara-cara magis nya. Di luar akal pikiran manusia. 
Ketika kita sampai di titik itu, semua duka luka dan sakit, akan terbayar, dan pada akhirnya kita sendiri yang mengakui ke diri kita, kebahagiaan sejati hanya ada di dalamNya :) 

XX,
Sevi

Tuesday 24 January 2017

a small mosquito

“If you think you’re too small to have an impact, try going to bed with a mosquito”
(Anita Roddick, Founder of The Body Shop)

Bermula dari perasaan ketidakberdayaan saya selepas menyelesaikan pendidikan Master (S2) di University of Liverpool, dan kembali pulang ke tanah air tanpa mendapatkan posisi atau penempatan yang “jelas” di kantor saya (Ditjen Bina Pemerintahan Desa, Kementerian Dalam Negeri), muncullah satu ide dalam benak hati dan pikiran saya yang kerapkali berperang untuk bisa berbuat sesuatu yang berguna untuk sekitar saya.

Mungkin hal berikut terlihat sepele dan tak berarti, terlihat kecil atau cenderung tidak dianggap sebagai masalah. Tapi hal kecil bisa berdampak besar dan bisa jadi akar untuk masalah selanjutnya jika tidak dimulai untuk diatasi segera. Dan inilah ide saya:



Ilmu Sumber Daya Manusia yang saya dapat di kampus kemarin serta demi mewujudkan prinsip “adding value” dimanapun saya berada mendorong saya untuk menyentuh masalah sumber daya manusia di instansi saya yang masih lemah dalam hal berbahasa Inggris. Saya tidak mengklaim diri saya sudah mahir atau lancar 100%, bukan itu. Yang saya ingin tekankan disini adalah visi saya untuk “raising awareness”. Menyadarkan teman-teman dan rekan-rekan saya bahwa bahasa Inggris itu penting, bahwa berbahasa Inggris bisa membuka kesempatan kita di level dunia. Miris dan sedih hati saya untuk dapat mengakui bahwa pegawai pemerintahan dan pelayan publik memang masi kalah saing level berbahasa Inggrisnya dengan teman-teman yang berprofesi di ranah swasta atau wirausaha, terutama generasi ‘baby boomer’ yang mana mungkin sudah menginjak usia 50 tahun ke atas. Saya tidak ingin mengeneralisasi, saya hanya menulis berdasarkan hasil observasi saya sendiri selama 5 tahun saya bekerja dalam area birokrasi. Sebut saja salah satu contohnya sudah dibuktikan dengan hasil TOEFL yang hasilnya tidak dapat saya paparkan secara detail disini. Alih-alih saya kesal dengan hal tersebut, saya cenderung prihatin dan merasa ‘geram’ untuk dapat berbuat sesuatu. Alhasil muncullah ide untuk membiasakan berbahasa Inggris 1 hari fullday (udah kayak kegiatan, if you know what I mean ;p). Dimulai dari 1 hari saja. Saya berbicara dengan teman saya, pak Happy, yang memiliki misi yang sama dengan saya, dan kami akhirnya memilih hari Rabu. Kenapa Rabu? Karena di hari itu kami memakai seragam putih. Seragam yang menggambarkan kesucian dan kebersihan, menggambarkan kami siap ‘diisi’ oleh beribu hal berguna dan menggembirakan dalam hidup (ini sih bisa-bisanya saya saja ;p).

Saya kemudian menyiarkan hal tersebut ke teman-teman. Reaksinya beragam. Dari mulai “ayok!!” sampai ke “gw cuma bisa bahasa kalbu”. Sedikit kontradiktif tapi tidak mengurungkan niat saya untuk menggiatkan teman-teman saya meringankan lidah untuk mengalunkan bahasa Inggris setiap hari Rabu. Karena poinnya bukan di salah dan benarnya, tapi di keberanian kita untuk memulai, keberanian kita untuk salah, keberanian kita untuk dikoreksi, keberanian kita untuk berubah dan keluar dari zona nyaman. Banyak nilai yang tersembunyi di baliknya. Saya pun sendirinya jadi semakin terpacu untuk belajar lagi, karena ketika teman-teman semua lari ke saya dan bertanya “Ini Bahasa Inggrisnya apa? Itu Bahasa Inggrisnya apa?” dan saya tidak dapat menjawab kan, what a shame! Jadi dalam hal ini, saya pun terpacu untuk turut mengembangkan diri saya sendiri.

Sudah minggu ke-3 kami jalankan ‘movement’ kecil-kecilan ini. Dimulai dari satu bagian tempat saya terdahulu, Bagian Perencanaan, dan kini sudah saya mulai di bagian tempat saya sekarang ditempatkan, Sub. Bagian Kepegawaian. Kemudian ada rasa bahagia yang menguasai dada saya ketika saya melihat teman-teman dengan tertawa berusaha untuk tetap berbahasa Inggris dengan semangat meski terbata-bata, atau ketika saya melihat Bapak umur 50 tahun ke atas bahkan mencoba memulai kata pertama bahasa Inggrisnya dengan kata “Mba, I love you” hahaha.. Belum lagi ketika hal tersebut sudah mulai merambah di area rapat, ketika teman-teman dari berbagai Direktorat dan bagian di kantor berkumpul dan mulai membicarakan tentang hal ini dan lantas menyadari betapa pentingnya kita memiliki program yang dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris kita. Dari mulai candaan “kalau hari Rabu jangan ke Perencanaan deh, mereka pakai bahasa Inggris semua haha”, sampai ke hal serius “kita uda bisa memikirkan training Bahasa Inggris nih, malu kita”. Mendengar hal-hal seperti ini tuh, priceless! Visi saya untuk “raising awareness” tadi sudah mulai tampak hasilnya. Rasanya? Beyond measure! Hahahahha..

Saya menyadari ‘movement’ saya ini jauh dari sempurna, saya butuh konsep lebih matang dan lebih lanjut. Well at least, I start doing something. Daripada saya berdiam diri menunggu bos-bos besar kepikiran soal hal ini, lebih baik saya yang menciptakannya sendiri, bukan? Terakhir, untuk semua teman-teman dimanapun berada, ayoklah, keluar dari zona nyaman. Bukan hanya dalam hal memulai berbahasa Inggris di kesempatan manapun yang kamu punya, tapi juga dalam hal-hal lain yang membelenggu hidup kita. Saya mungkin belum dapat dinilai berhasil, atau dapat dijadikan role model, atau bahkan ada yang mikir “yaela situ ngemeng doang, situ aja belum beres” haha, tapi itulah gunanya hubungan sesama manusia kan, saling mengingatkan?! ;) Don’t be afraid of making mistakes!! Dan kalau kamu menganggap kamu terlalu kecil dan tidak ada apa-apanya di dunia ini, siapa bilang? Kita semua hebat di mata Tuhan, asalkan semua dimulai dari hati yang tulus dan niat untuk memancarkan kasihNya di setiap langkah kita di dunia (No, I’m not preaching here haha), karena, ingatlah, setiap kali kamu direndahkan manusia, kamu ditinggikan oleh Dia.. J

XX,
Seviria Panjaitan, 25th January 2017


Chapter 1: The Beginner

Have you ever asked yourself? Who are you? Why God sent you to this world? Actually, deep inside you know why God sent you to this world, what we really want to do in life. We may recognise it in the term of passion. Sooner or later, we eventually will find out what we’re really good about, what makes us happy and how to make ourselves useful for others. But the big trap is that whether we do it for the sake of God’s willing or not. People have their own “calling” in life, never generalise, what matters to you are not always the matters for others. They might find happiness in everyone’s “wow” at your achievement of buying a new car from their savings, others, in the other hand, in the smile of their loved ones whose hair were blown by the air inside an old “kijang kapsul” on their way back home from their social activities. Whatever it is, nothing’s wrong with it. Judge never! We feel and do our part in this world, in each and every unique way, to harmonise and to synchronise this planet.

And me. I have tons of ideas in my mind, I have lots of things I want to do, but still, I do not have courage to do so, I’m afraid of failure, I’m afraid that will be no use to do it all, and more often than not, I’m afraid of what people will say about me (esp. rude or cynical comment), so I never do it. The never-ending-life-problems even cover my eyes and soul. I play silence. At the end of the day, I feel I had failed long before I even tried.

But here I am now, I start to write things. Everything. Junks in my mind. What’s with this writing, you may ask. I am starting my move. I am starting to act. With this tiny little thing I do, writing, I believe the beginning is there. People say, the first is always the hardest. But if you don’t have the first move, you’ll not move at all. I want change, so I have to change myself first. If I don’t create the small change, I won’t change at all. Thus, I write the things I love, and how to release it. How I’m doing my passion which results in the form of “adding value” for others, for our life. I imagine ideas, analyse the resources and create steps to achieve it. Somehow, I feel the energy rules the roost! I’m so gonna embrace 2017 with smile and excitement!! To do something for others, which waters my soul as well. Watch me doing something good in life, I promise myself. I may not talk about the achievement at the soonest, but then again, as they say, “allow yourself to be a beginner, no one starts off being excellent”!
Keep the faith!!

XX,
-Sevi, 24th January 2017-

Monday 21 November 2016

Different agenda..

Being positive is a different agenda than being strong..
Beware of fake strength.. 
We can be appeared strong, but we stay the same state of mind..
But by being positive, you have growth within you..

-Sevi, 221116-