Tuesday, 7 February 2017

Yuk Naik Kelas!

“Nothing ever goes away until it teaches us what we need to know” (Pema 
Chodron)

Kehidupan ini layaknya sekolah. Kita belajar, kita ujian, kita naik kelas, kita lulus. Seringnya, kita berada pada kondisi yang sama atau mirip, pada masalah yang itu-itu saja, namun tetap mempertanyakan, “kenapa, Tuhan?”. Padahal kalau mau ditarik ke analogi sekolah tadi, itu sama saja seperti mempertanyakan “kenapa gw gak lulus, Pak Guru?” di saat kita memang tidak pernah mencoba belajar dan memahami.

Apa sih sebenarnya tujuan kita belajar? Agar memahami dan bisa mengaplikasikan pemahaman tersebut bukan? Dan pada akhirnya nanti, salah satu tujuan kita adalah agar dapat berguna bagi sesama, bukan? Nah kembali lagi ke awal, agar bisa berguna bagi sesama tentunya kita harus ‘mengisi’ diri kita sendiri dulu. You can’t pour from an empty cup, take care of yourself first! Bukan dengan pemahaman-pemahaman yang orang lain tanamkan, namun dengan pemahaman yang memang hati kita setujui. Terus belajar, pahami pelajarannya, kembangkan analisa masalahnya dan bertumbuhlah dalam cara kita merespon berbagai hal dalam hidup. Apa yang kita tabur, itu yang kita tuai. Apabila kita salah dalam menyelesaikan soalan matematika, coba review kembali apakah rumus yang kita pakai kurang pas, apakah kita mendapat nilai yang jelek karena kita mengerjakannya secara ‘ngasal’. Apabila kita mendapatkan hal yang tidak menyenangkan dalam hidup, coba di-review kembali, apa kira-kira yang sudah kita lakukan sebelumnya, mungkin attitude kita memang masih 'ngasal'. Sampai pada tahap kita paham dan merubah ‘rumus’ sikap kita di kemudian hari, jangan heran ketika kita akan dihadapkan pada soalan yang sama. Namun, ketika kita nanti sudah firm, jangan pernah takut juga, ada Dia yang selalu kasih reward yang beyond measure atas segala pencapaian kita. Sebab ingatlah, hakim yang sejati sedang duduk memperhatikan kita dari atas. Yang menilai bukan manusia, tapi Dia.

Kalau kita pun lantas merasa sudah belajar, sudah memahami, tapi masih juga diberikan ujian yang sukar, berarti Dia sedang menempatkan kita dalam kelas yang advance. Ketika teman-teman seusia kita hanya mendapatkan 1 ujian, namun kita mendapatkan 3 ujian dalam satu waktu, ya berarti kita sedang berada dalam kelas akselerasi. Kita tidak sama dengan yang lain. You have a higher calling! Daripada nelangsa akan ujian bertubi-tubi, mungkin lebih baik kita mengucap syukur bahwa Tuhan mempercayakan kemampuan kita untuk ditempah dalam berbagai macam ujian dalam satu waktu :)

Kemudian, layaknya berbagai bidang ilmu dan mata pelajaran, orang-orang yang kita temui dalam hidup juga memberikan pelajaran yang berbeda menurut perannya masing-masing. Ada yang hanya ingin tahu saja, ada yang benar-benar peduli, ada yang akan mengajarimu banyak hal baru, ada yang hanya akan mengujimu, ada yang hadir untuk memanfaatkanmu, namun selalu ada yang mencintaimu dengan tulus. Dan seperti kita memilih mata pelajaran yang kita senangi untuk menjadi fokus kita, begitupun kita ‘memilih’ orang-orang yang sebaiknya kita pelihara dalam cerita hidup kita. Karena ketika kita memilih mata pelajaran yang benar-benar kita senangi, kita akan merasa lebih ringan plus excited ketika mendalaminya dan mengerjakan bentuk nyatanya, kita bisa maksimal dalam berkarya untuk sesama. Mempunyai orang-orang yang bisa membuat kita menjadi yang terbaik dari diri kita adalah hal yang jarang dan sangat berharga, maka, peliharalah. Untuk yang memilih berlalu, biarlah berlalu. Seperti ujian lalu dimana kamu lulus, ya berarti tugasnya dalam memberikan pelajaran dan ‘memperkayamu’ sudah selesai. Mengucap syukurlah akan hal itu. Some people leave to make you stronger, while other times they leave to help you fall in love with yourself (R.M.Drake).

Lagi-lagi saya akui, saya menulis semua hal ini bukan karena saya adalah orang yang hebat dan paling tahu segalanya, bukan. Saya pun mungkin belum tampak sebagai orang yang ‘pantas’ berkata-kata seperti ini. Namun, tidak ada salahnya berbagi bukan? Saya hanya ingin menyebarkan pemahaman yang baik, agar kita tumbuh bersama-sama dalam proses pembelajaran kita. Grow through what you go through! Dalam kelas, mungkin kita bisa belajar bersama dalam pemahaman bersama yang dialirkan oleh Bapak/Ibu guru, begitupun dalam hidup kita belajar bersama-sama individu lain, namun pada akhirnya kita yang dilahirkan sebagai individu di dunia ini akan pergi meninggalkan dunia ini pun sebagai individu. Pertanggung jawaban kita pada akhirnya adalah pertanggung jawaban secara individu kepada Dia. Mari mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya, karena ujian bisa datang kapan saja, toh di kelas aja sering ada quiz mendadak kan?! ;p


01.48 a.m, 08 February 2017
XX,
Seviria Panjaitan






6 comments:

  1. Asli speechless..analoginya bisa kemana2 sih. Termasuk dunia kerja, baru aja semalem kepikir buat share ke orang lain, eh udah ada nih artikelnya. So damn true, jangan sampai ketika kita menerima pelajaran sambil berharap, bukan pelajaran itu yang kita inginkan, lalu kita berpura2 menerimanya dan sampai akhirnya kita lupa kita sedang berpura2 dan ujungnya malah kita ga dapat apa2 karena keasyikan kepingin pelajaran yang lain itu tadi..sampai datang pelajaran yang kita inginkan malah alur pikiran kita udah g sejernih dulu..well, apa yang datang padamu itu yg terbaik untukmu saat ini dr apa yang belum atau akan datang..just be grateful *selfreminder

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha bener! We live in the present, ini yang kita punya sekarang yang harus kita pelajari sebaik-baiknya. Toh Tuhan sudah siapin future (yang masih ilusi) kalau kita sudah lulus di pelajaran yang sekarang.

      Delete
  2. Replies
    1. hahahah makasi mba. Silahkan di share ya kalau berkenan..

      Delete
  3. Kakak, baru ngalamin banget nih kalimatmu yg bilang “Nothing ever goes away until it teaches us what we need to know” (Pema
    Chodron). Kehidupan ini layaknya sekolah. Kita belajar, kita ujian, kita naik kelas, kita lulus. Seringnya, kita berada pada kondisi yang sama atau mirip, pada masalah yang itu-itu saja, namun tetap mempertanyakan, “kenapa, Tuhan?”. Padahal kalau mau ditarik ke analogi sekolah tadi, itu sama saja seperti mempertanyakan “kenapa gw gak lulus, Pak Guru?” di saat kita memang tidak pernah mencoba belajar dan memahami.

    Sebesar niatku untuk berubah, kadang, dan bahkan sering, masih lebih besar ketiadaan action utk mengubah niat besar itu jd perbuatan. Aku remedial terus kak. Tp kurasa aku terlalu memberikan excuse utk diriku sendiri dan kegagalanku sering kali kukatakan akibat kesalahan orang lain. Padahal itu salahku sendiri. Aku sbnrnya hrs bs mengendalikan diriku toh. Hmmm sounds easy tp aku bener2 sulit merealisasikannya. Doakanku, kak

    ReplyDelete
  4. Took me time to read all the comments, but I really enjoyed the article. It proved to be Very helpful to me and I am sure to all the commenters here! It’s always nice when you can not only be informed, but also entertained! Kindness

    ReplyDelete