Tuesday, 24 January 2017

a small mosquito

“If you think you’re too small to have an impact, try going to bed with a mosquito”
(Anita Roddick, Founder of The Body Shop)

Bermula dari perasaan ketidakberdayaan saya selepas menyelesaikan pendidikan Master (S2) di University of Liverpool, dan kembali pulang ke tanah air tanpa mendapatkan posisi atau penempatan yang “jelas” di kantor saya (Ditjen Bina Pemerintahan Desa, Kementerian Dalam Negeri), muncullah satu ide dalam benak hati dan pikiran saya yang kerapkali berperang untuk bisa berbuat sesuatu yang berguna untuk sekitar saya.

Mungkin hal berikut terlihat sepele dan tak berarti, terlihat kecil atau cenderung tidak dianggap sebagai masalah. Tapi hal kecil bisa berdampak besar dan bisa jadi akar untuk masalah selanjutnya jika tidak dimulai untuk diatasi segera. Dan inilah ide saya:



Ilmu Sumber Daya Manusia yang saya dapat di kampus kemarin serta demi mewujudkan prinsip “adding value” dimanapun saya berada mendorong saya untuk menyentuh masalah sumber daya manusia di instansi saya yang masih lemah dalam hal berbahasa Inggris. Saya tidak mengklaim diri saya sudah mahir atau lancar 100%, bukan itu. Yang saya ingin tekankan disini adalah visi saya untuk “raising awareness”. Menyadarkan teman-teman dan rekan-rekan saya bahwa bahasa Inggris itu penting, bahwa berbahasa Inggris bisa membuka kesempatan kita di level dunia. Miris dan sedih hati saya untuk dapat mengakui bahwa pegawai pemerintahan dan pelayan publik memang masi kalah saing level berbahasa Inggrisnya dengan teman-teman yang berprofesi di ranah swasta atau wirausaha, terutama generasi ‘baby boomer’ yang mana mungkin sudah menginjak usia 50 tahun ke atas. Saya tidak ingin mengeneralisasi, saya hanya menulis berdasarkan hasil observasi saya sendiri selama 5 tahun saya bekerja dalam area birokrasi. Sebut saja salah satu contohnya sudah dibuktikan dengan hasil TOEFL yang hasilnya tidak dapat saya paparkan secara detail disini. Alih-alih saya kesal dengan hal tersebut, saya cenderung prihatin dan merasa ‘geram’ untuk dapat berbuat sesuatu. Alhasil muncullah ide untuk membiasakan berbahasa Inggris 1 hari fullday (udah kayak kegiatan, if you know what I mean ;p). Dimulai dari 1 hari saja. Saya berbicara dengan teman saya, pak Happy, yang memiliki misi yang sama dengan saya, dan kami akhirnya memilih hari Rabu. Kenapa Rabu? Karena di hari itu kami memakai seragam putih. Seragam yang menggambarkan kesucian dan kebersihan, menggambarkan kami siap ‘diisi’ oleh beribu hal berguna dan menggembirakan dalam hidup (ini sih bisa-bisanya saya saja ;p).

Saya kemudian menyiarkan hal tersebut ke teman-teman. Reaksinya beragam. Dari mulai “ayok!!” sampai ke “gw cuma bisa bahasa kalbu”. Sedikit kontradiktif tapi tidak mengurungkan niat saya untuk menggiatkan teman-teman saya meringankan lidah untuk mengalunkan bahasa Inggris setiap hari Rabu. Karena poinnya bukan di salah dan benarnya, tapi di keberanian kita untuk memulai, keberanian kita untuk salah, keberanian kita untuk dikoreksi, keberanian kita untuk berubah dan keluar dari zona nyaman. Banyak nilai yang tersembunyi di baliknya. Saya pun sendirinya jadi semakin terpacu untuk belajar lagi, karena ketika teman-teman semua lari ke saya dan bertanya “Ini Bahasa Inggrisnya apa? Itu Bahasa Inggrisnya apa?” dan saya tidak dapat menjawab kan, what a shame! Jadi dalam hal ini, saya pun terpacu untuk turut mengembangkan diri saya sendiri.

Sudah minggu ke-3 kami jalankan ‘movement’ kecil-kecilan ini. Dimulai dari satu bagian tempat saya terdahulu, Bagian Perencanaan, dan kini sudah saya mulai di bagian tempat saya sekarang ditempatkan, Sub. Bagian Kepegawaian. Kemudian ada rasa bahagia yang menguasai dada saya ketika saya melihat teman-teman dengan tertawa berusaha untuk tetap berbahasa Inggris dengan semangat meski terbata-bata, atau ketika saya melihat Bapak umur 50 tahun ke atas bahkan mencoba memulai kata pertama bahasa Inggrisnya dengan kata “Mba, I love you” hahaha.. Belum lagi ketika hal tersebut sudah mulai merambah di area rapat, ketika teman-teman dari berbagai Direktorat dan bagian di kantor berkumpul dan mulai membicarakan tentang hal ini dan lantas menyadari betapa pentingnya kita memiliki program yang dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris kita. Dari mulai candaan “kalau hari Rabu jangan ke Perencanaan deh, mereka pakai bahasa Inggris semua haha”, sampai ke hal serius “kita uda bisa memikirkan training Bahasa Inggris nih, malu kita”. Mendengar hal-hal seperti ini tuh, priceless! Visi saya untuk “raising awareness” tadi sudah mulai tampak hasilnya. Rasanya? Beyond measure! Hahahahha..

Saya menyadari ‘movement’ saya ini jauh dari sempurna, saya butuh konsep lebih matang dan lebih lanjut. Well at least, I start doing something. Daripada saya berdiam diri menunggu bos-bos besar kepikiran soal hal ini, lebih baik saya yang menciptakannya sendiri, bukan? Terakhir, untuk semua teman-teman dimanapun berada, ayoklah, keluar dari zona nyaman. Bukan hanya dalam hal memulai berbahasa Inggris di kesempatan manapun yang kamu punya, tapi juga dalam hal-hal lain yang membelenggu hidup kita. Saya mungkin belum dapat dinilai berhasil, atau dapat dijadikan role model, atau bahkan ada yang mikir “yaela situ ngemeng doang, situ aja belum beres” haha, tapi itulah gunanya hubungan sesama manusia kan, saling mengingatkan?! ;) Don’t be afraid of making mistakes!! Dan kalau kamu menganggap kamu terlalu kecil dan tidak ada apa-apanya di dunia ini, siapa bilang? Kita semua hebat di mata Tuhan, asalkan semua dimulai dari hati yang tulus dan niat untuk memancarkan kasihNya di setiap langkah kita di dunia (No, I’m not preaching here haha), karena, ingatlah, setiap kali kamu direndahkan manusia, kamu ditinggikan oleh Dia.. J

XX,
Seviria Panjaitan, 25th January 2017


1 comment: